Ya’juj dan Ma’juj adalah nama yang digunakan Al-Qur’an yang diberkahi.
Dr. Tammam Adi, ahli arti kata Al-Qur’an, telah menunjukkan bahwa mereka adalah dua bentuk kata dari akar huruf Arab “hamza jim jim” yang secara tata bahasa merupakan bentuk aktif (Ya’juj) dan bentuk pasif (Ma’juj). Ini dapat menandakan karakterisasi mereka sebagai kaum yang bermuka dua dengan perilaku ‘surut dan banjir’.
Dr. Tammam Adi, ahli arti kata Al-Qur’an, telah menunjukkan bahwa mereka adalah dua bentuk kata dari akar huruf Arab “hamza jim jim” yang secara tata bahasa merupakan bentuk aktif (Ya’juj) dan bentuk pasif (Ma’juj). Ini dapat menandakan karakterisasi mereka sebagai kaum yang bermuka dua dengan perilaku ‘surut dan banjir’.
Mereka ‘menyerang’ dan ‘menduduki’ (Ya’juj) dan kemudian berpura-pura ‘mundur’ (Ma’juj).
Mereka
melakukan ‘agresi militer’ (Ya’juj) dan kemudian bersikap sebagai
‘pembawa kedamaian’ atau sebagai ‘korban agresi militer’ (Ma’juj).
Mereka ‘mengganggu’ (Ya’juj) dan kemudian ‘menenteramkan’ (Ma’juj).
Mereka bersikap sebagai ‘kaum religius’ (Ya’juj) padahal sebenarnya
mereka tanpa keimanan dan pada intinya ‘tidak bertuhan’ (Ma’juj).
Al-Qur’an sendiri secara signifikan dimulai dengan peringatan terhadap kaum bermuka dua yang tepat seperti itu :
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Janganlah berbuat kerusakan di bumi!", mereka menjawab "sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan". (Q.S. Al-Baqarah : 11)
Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.
(Q.S. Al-Baqarah : 12)
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata "kami telah beriman". Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata "sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanyalah berolok-olok". (Q.S. Al-Baqarah : 14)
Para ahli tata bahasa pun telah menunjukkan bahwa Ya’juj dan Ma’juj
berasal dari bahasa Arab ‘ajj’ atau ‘ajij’ dalam bentuk yaf’ul dan
maf’ul. ‘Ajij’ berarti ‘kekerasan’, ‘nyala api’, tetapi ‘ajja’juga
berarti ‘asra’a’ atau ‘dia berjalan cepat’, dengan demikian Ya’juj dan
Ma’juj adalah kaum dengan ciri-ciri kecepatan dalam bergerak dan
pergolakan yang kuat.
Seseorang dapat melihat bukti dalam akumulasi medali di Olimpiade oleh
kaum yang selalu menang dibandingkan gabungan umat manusia biasa
lainnya. Tetapi, bukti juga ada dalam kombinasi ‘nyala api’ dan
‘kecepatan bergerak’ ketika kaum tersebut melancarkan peperangan barbar
mereka dengan agresi dan penindasan sehingga mereka berhasil dengan
zalim menduduki dan menjajah bagian bumi yang lebih besar.
Barangkali hal paling berbahaya dari kelakar muka-dua mereka adalah
kepura-puraan mereka menjadi kaum yang beragama padahal sebenarnya
mereka pada intinya tidak bertuhan. Mereka memandang rendah agama yang
benar juga orang-orang yang dengan sungguh-sungguh hidup dengan jalan
hidup religius serta berusaha memegang teguh ketakwaan dan kesalehan.
Karena Ya’juj adalah bentuk aktif (dalam bahasa Arab), dan Ma’juj adalah
bentuk pasif, maka ada pertandingan antara keduanya, pada akhirnya
Ya’juj akan menang atas Ma’juj. Buku ini berusaha mengidentifikasi
Ya’juj dan Ma’juj di dunia saat ini, dan dengan melakukannya, buku ini
menawarkan sekilas tentang akhir sejarah ketika benturan besar
(Armagedon) antara keduanya terjadi.
• Mereka memiliki kekuatan militer yang luar biasa.
Al-Qur’an dengan jelas melukiskan Ya’juj dan Ma’juj sebagai kaum yang memiliki kekuatan militer yang luar biasa.
Al-Qur’an melakukannya dalam ayat Surat Al-Kahfi ketika Dzul Qarnain
mendapat informasi tentang Fasad (perilaku merusak, jahat, zalim, dan
menindas) mereka dan dia diminta untuk membangun dinding penghalang,
yang akan melindungi masyarakat di sana dari Fasad/kerusakan tersebut. Permintaan
ini terjadi setelah dia sebelumnya telah melakukan perjalanan ke Timur
dan Barat.
Dalam perjalanannya ke arah barat, dia telah mendatangi kaum yang
Allah SWT bertanya tentang bagaimana dia akan memperlakukan mereka.
Jawabannya yaitu dia akan menyiksa orang-orang yang melakukan perbuatan
zalim (ketidakadilan dan penindasan).
Dan karena Al-Qur’an
lebih jauh menyatakan bahwa dia telah dikarunai dengan kemampuan (dan
itu termasuk kekuatan) untuk mengejar tujuan apa pun yang dia pilih,
tanggapan normal dan alaminya seharusnya menimpakan siksaan kepada
Ya’juj dan Ma’juj.
Fakta bahwa Dzul Qarnain tidak berusaha
menyiksa Ya’juj dan Ma’juj tetapi malah setuju membangun dinding
penghalang yang mengurung mereka, menandakan bahwa mereka memiliki
kekuatan militer yang tidak dapat dia taklukkan.
Implikasi yang mengerikan adalah ketika Ya’juj dan Ma’juj dilepas ke
dunia atas keputusan Allah, mereka akan mengambil alih kekuasaan dunia
dengan menggunakan kekuatan militer yang unik. Mereka pun menunjukkan
kekuatan yang tidak mungkin ditandingi oleh kombinasi atau aliansi
kekuatan apa pun di dunia.
Hadits menegaskan profil Ya’juj dan Ma’juj ini yang muncul dari
Al-Qur’an yang diberkahi. Dalam sebuah Hadits Qudsi yang dicatat dalam
Sahih Imam Muslim, Allah SWT telah berfirman tentang Ya’juj
dan Ma’juj :
“Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku sampai begitu
kuat sehingga tidak ada kecuali Aku yang dapat memerangi mereka.”
(Sahih Muslim)
Maka dari itu, seharusnya jelas bahwa ketika Ya’juj dan Ma’juj dilepas
ke dunia atas ketetapan Allah, mereka pada akhirnya menjadi kekuatan
adidaya di dunia karena tidak ada gabungan saingan yang dapat
menandingi kekuatan mereka. Umat manusia kemudian ditundukkan di bawah
pemerintah-dunia Ya’juj dan Ma’juj!.
• Mereka menggunakan ‘kekuatan’ untuk menindas.
Surat Al-Kahfi dalam Al-Qur'an telah memberi kita gambaran tentang
bagaimana kekuatan digunakan jika itu berlandaskan pada keimanan
(kepada Allah SWT). Dzul Qarnain memiliki iman kepada Allah SWT sehingga Allah mendirikan
pemerintahan-nya di bumi dan mengaruniakan kepadanya alat-alat untuk
mencapai tujuan apa pun yang dia pilih untuk dikejar.
Allah SWT bahkan berfirman kepadanya dan menyebut namanya saat
menawarkan pilihan kepadanya dalam menggunakan kekuatan untuk menyiksa
atau menggunakannya dengan cara yang baik dan ramah. Pilihan dan
jawabannya (lihat Q.S. Al-Kahfi, [18] : 87-88) adalah jelas berlandaskan
integritas dan nilai-nilai kebaikan.
Penggunaan kekuatan Dzul Qarnain sekali lagi digambarkan dalam Surat Al-Kahfi dalam contoh kedua di mana dia menemui suatu kaum “yang Kami
(Allah) tidak menjadikan bagi mereka suatu penutup selain itu (yakni
penutup yang tersedia di alam).”
Tanggapannya adalah menghormati hak asasi manusia mereka dan dengan
tanpa syarat mengakui hak-hak itu lebih diutamakan di atas semua
kepentingan lainnya tidak mempermasalahkan jalan hidup primitif mereka
dan tidak mempermasalahkan bahkan kepentingan strategis seperti
perolehan wilayah, pertambangan permata berlian dan emas, ekstraksi
sumber minyak (Kaspia), dll.
Dia meninggalkan mereka begitu saja. Namun penggunaan nama
Dzul Qarnain (yakni dia yang mempunyai dua tanduk, atau dua zaman)
dalam Surat Al-Kahfi menandakan, menurut pendapat kami, keberadaan
‘dua’ zaman, yang satu digambarkan dalam Surat Al-Kahfi itu, dan yang
lainnya secara tidak langsung Surat Al-Kahfi mengarahkan perhatian
padanya.
Zaman kedua yang datang selanjutnya, sebagai akibat dari penggunaan
istilah ‘Dzul Qarnain’ (yakni mengenai dua zaman) yang digunakan Allah
dalam Surat itu, muncul ketika Ya’juj dan Ma’juj dilepas atas
keputusan Allah. Kemudian dunia menyaksikan kekuatan berlandaskan pada
ketidak-bertuhanan alih-alih keimanan kepada Allah SWT. Kekuatan
kemudian akan digunakan dengan cara sepenuhnya berlawanan dengan Dzul
Qarnain.
Alih-alih kekuatan digunakan untuk menghukum penindas itu malah akan
digunakan untuk menindas dan menargetkan orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, dan yang beramal saleh. Kemudian dunia akan
menyaksikan perang terhadap ‘Islam’ khususnya, dan terhadap ‘jalan
hidup religius’ pada umumnya.
Selanjutnya, orang-orang yang memiliki
kekuatan tidak akan peduli dengan daun ara hak-hak asasi manusia.
Malahan, mereka akan membinasakan dan menindas bahkan manusia terlemah
(yang hidup dengan jalan hidup primitif) seperti kecoa, sehingga mereka
dengan tidak adil menguasai wilayah atau sumber-sumber seperti permata
berlian, emas, minyak, air, dll.
Ya’juj dan Ma’juj adalah kaum yang memiliki profil dengan perilaku
anarkis (rusuh), agresif (ganas), dan opresif (menjajah).
Inilah referensi terbaik mengenai Ya'juj dan Ma'juj, kontekstual dengan
realitas yang terjadi pada saat ini.
Dikutip dari
buku :
''An Islamic View of Gog and Magog in the Modern World"
(Sebuah Pandangan Islam Mengenai Ya'juj dan Ma'juj di Zaman Modern)
karya : Sheikh Imran Nazar Hosein.
No comments :
Post a Comment